Hasil suatu pengkajian yang pernah dilaporkan di jurnal Science, edisi September 1998, menyebutkan bahwa selingkuh (infidelity) itu alami (natural).
Hasil
itu memperlihatkan bahwa sembilan di antara sepuluh mamal (binatang
menyusui) dan burung yang berpasangan untuk hidup ternyata tidak jujur
terhadap pasangan mereka.
Para
ahli mendapati, binatang yang berkeliaran untuk saling kawin hanyalah
mengikuti kebutuhan biologis mereka. Penelitian yang antara lain
menggunakan teknik uji coba genetik (genetic testing)
itu memperlihatkan bahwa bahkan pasangan binatang yang dikenal saling
setia dengan pasangannya, juga berupaya mendapatkan pasangan seksual
dengan yang lain.
Menurut
Dr. Stephen T. Emlen, seorang ahli perilaku evolusioner dari Cornell
University, Amerika Serikat, betina berkeliaran untuk mendapatkan gen
sebaik mungkin bagi keturunannya, sedangkan jantan terdorong hasrat
untuk menjantani sesering dan sebanyak mungkin. “Monogami yang
sebenarnya sungguh jarang,” katanya.
Dr.
Emlen berpendapat, ada dua macam monogami, sosial dan genetik. Pada
jenis yang pertama pasangan mengikat diri dan bekerja bersama untuk
membesarkan anak, sedangkan pada monogami genetik para induk adalah
pasangan seks yang saling setia. Bila monogami sosial relatif sudah
umum, monogami genetik adalah suatu kekecualian dan bukanlah peraturan.
Dikatakan,
hanya ada dua jenis monyet, marmoset dan tamarin, yang benar-benar
penganut monogami. Semua jenis primata yang lain sering kawin dengan
yang bukan pasangannya. “Salah satu polanya adalah betina mencari status
dan kualitas tinggi,” tutur Dr. Emlen.
“Dengan
cara itu betina mampu melahirkan keturunan dengan kualitas lebih tinggi
yang memiliki kemampuan untuk hidup dan bertahan.” Si jantan secara
biologis digerakkan untuk keluyuran dengan hasrat untuk menyebarkan gen
ke dalam kawanan mereka sebanyak mungkin.
Contoh
lain diperoleh dari burung. Kesetiaan dalam berpasangan seks sudah lama
diyakini terdapat dalam kawanan burung. Bluebird, sejenis burung yang
pandai menyanyi, merupakan salah satu contoh terbaik. Pasangan jantan
dan betina bekerja bersama untuk membuat sarang, mengerami telur,
kemudian memberi makan dan membesarkan keturunan mereka yang masih muda.
Meski
begitu periset mendapati perselingkuhan yang juga tinggi dalam
kehidupan seks burung bluebird. Patricia Adair Gowarty, seorang ahli
perilaku lingkungan hidup dari University of Georgia mendapati 15 persen
hingga 20 persen bayi burung yang diasuh oleh pasangan bluebird,
bukanlah keturunan biologis si jantan. Menurut Gowarty, hanya 10 persen
dari 180 spesies itu yang secara sosial bermonogami, benar-benar setia
secara seksual.
Tentu
saja manusia jauh berbeda dengan binatang. Alasan manusia untuk
mendapatkan seks di luar pasangan juga jauh lebih rumit dan kompleks.
Satu hal yang secara umum diyakini periset, monogami tercipta di antara
spesies yang keturunannya sanggup bertahan dengan baik karena dibesarkan
oleh pasangan yang utuh. Secara evolusi, mungkin ini yang mendorong
manusia untuk bermonogami karena anak-anaknya perlu waktu lama untuk
menjadi dewasa.
Sumber: http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/11/19/14340633/Selingkuh.Itu.Alamiah.
No comments:
Post a Comment