Kini, nilai perusahaan asal Kanada itu menurun drastis. Manajemen BlackBerry telah setuju untuk dibeli senilai USD 4,7 miliar atau Rp 54 triliun oleh sebuah konsorsium yang dipimpin Fairfax Financial Holding Limited.
Bagaimana BlackBerry yang dulunya merajai industri smartphone kini menjadi tertatih-tatih? Berikut 5 kesalahan fatal BlackBerry yang membuat mereka mengalami kejatuhan, seperti dihimpun detikINET dari berbagai sumber.
1. Meremehkan Kelahiran iPhone
Keduanya menilai iPhone seperti ponsel mainan. Baterainya dinilai lemah dan keyboard layar sentuh iPhone susah digunakan dibandingkan keyboard fisik di BlackBerry.
"Sebagus apapun iPhone, ia menghadirkan kesulitan bagi penggunanya. Cobalah mengetik di layar sentuh iPhone, itulah kesulitan yang nyata," kata Balsillie.
Namun perlahan tapi pasti, iPhone mengubah industri smartphone. Layar sentuhnya yang responsif dan besar, browser dan pemutar musik yang bagus, membuatnya menjadi favorit.
BlackBerry dinilai terlambat mengantisipasi tantangan yang dihadirkan iPhone. Pangsa pasar mereka pun tergerus oleh handset jagoan Apple ini.
2. Membiarkan Perkembangan Android
Pemimpin BlackBerry gagal melihat visi Google dan juga Apple bahwa ponsel tidak hanya semata alat komunikasi, namun akan menjadi pusat entertainment dan didukung aplikasi bagus.
"Tren di dunia mobile yang paling menarik adalah keyboard full qwerty," demikian salah satu kengototan Lazaridis yang menilai BlackBerry akan tetap lebih unggul dari iPhone maupun Android.
Kenyataan berkata lain. Pangsa pasar BlackBerry terus tergerus dan Android menjadi sistem operasi ponsel terpopuler di dunia.
Upaya BlackBerry menghadirkan handset layar sentuh dengan nama Storm berbuah kegagalan. Sebab, layar sentuhnya kurang responsif dan BlackBerry terkesan setengah setengah membuatnya karena masih fokus pada handset dengan keyboard fisik.
3. Kegagalan BlackBerry PlayBook
Sayangnya, BlackBerry PlayBook tidak terlalu laris, banyak stok produk ini menumpuk di gudang. Padahal, BlackBerry mengerahkan banyak sumber daya untuk membuat PlayBook.
Padahal pada waktu itu, penjualan handset BlackBerry mulai terancam. Namun karena terlalu fokus mengembangkan PlayBook, maka divisi handset agak terabaikan.
Jika saja pada saat itu, BlackBerry tidak terlalu mati-matian mengembangkan PlayBook dan fokus membuat sistem operasi BlackBerry 10 untuk smartphone, boleh jadi mereka memiliki peluang lebih besar untuk bertahan.
Sistem operasi BlackBerry 10 yang berbasis QNX sejatinya banyak dipuji. Namun sayangnya, ia datang sangat terlambat ketika iPhone dan Android sangat berjaya.
4. Gagal Mengantisipasi Tren BYOD
Sayangnya, BlackBerry terlena. Belakangan, banyak perusahaan mengikuti kebijakan BYOD alias Bring Your Own Devices. Artinya, karyawan diperbolehkan membawa smartphone pilihannya sendiri.
Nah rupanya, banyak karyawan yang lebih memilih memakai iPhone atau Android dibandingkan BlackBery. Salah satu faktornya, iPhone dan Android dinilai lebih menyenangkan dibanding menggunakan BlackBerry.
Akibatnya, kian banyak perusaahaan yang meninggalkan BlackBerry. Terlebih, vendor Android ataupun iPhone menghadirkan solusi sekuriti yang cukup mumpuni.
5. Telat Menghadirkan BlackBerry 10
BlackBerry 10 yang berbasis QNX sebenarnya cukup bagus. OS ini dirancang bekerja tanpa kehadiran tombol fisik, cukup digeser-geser saja.
Awalnya, ponsel BlackBerry 10 direncanakan rilis pada tahun 2011, namun kemudian ditunda sampai tahun 2012. Masih ditunda lagi sampai akhirnya BlackBerry Z10 rilis awal Januari 2013.
Meski menghadirkan berbagai fitur baru, nyatanya ponsel BlackBerry 10 kurang laris di pasaran. BlackBerry Z10 kabarnya banyak yang menumpuk di gudang.
Banyak pihak menilai, jika saja ponsel BlackBerry 10 dirilis jauh-jauh hari, masih ada potensi bagi BlackBerry melawan dominasi Android dan iPhone.
No comments:
Post a Comment