5 Fakta Indonesia Sudah Candu Internet

dunia perinternetan di Indonesia sudah gila. Semua orang dapat melihatnya dari lebih populernya kata-kata mutiara dan gosip menggosip ketimbang berita faktual di internet. Itu, dan juga kenyataan bahwa di dunia perinternetan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita masih sangat bergantung pada artis (dan ramalan) dalam mencari kebenaran hidup.

Tidak percaya bahwa dunia internet Indonesia sudah gila? Kita punya data dan bukti2 yang siap membuat kepala menegang dan badan menggelinjang.

1. Social networking ternyata memang menguasai sendi-sendi berkehidupan di Indonesia
Kita semua tahu bahwa situs2 jejaring sosial sangat popular di Indonesia dan mengambil porsi penting di dunia internet Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertanyaannya adalah, seberapa besar? Well, sebenarnya mudah sekali melihat seberapa besar pengaruhnya. Melalui beberapa sumber, kita dapat melihat bahwa ternyata kita termasuk salah satu bangsa yang paling paling aktif menggunakan jejaring sosial. Sekitar 88.6%-94% populasi internet kita menggunakan situs jejaring sosial.

Oke, kita tahu bahwa data ini tidak cukup untuk mengambil kesimpulan bahwa orang Indonesia benar2 maniak jejaring sosial. Pasti banyak yang berpikir bahwa, “ya punya FB juga bukan jaminan doi nggak pernah cari jurnal ilmiah di Google kan? Gue yakin di Indonesia internet nggak cuma buat FB-an kok!”

Kalau begitu, mari kita lihat, website apakah yang paling banyak diakses orang di Indonesia? Well, melalui alexa.com, kita dapat melihat peringkat situs yang paling banyak diakses di suatu negara.

Hasilnya benar2 mengejutkan. Di negara2 lainnya, dari yang maju, berkembang, sampai yang mundur, situs yang paling banyak diakses selalu konsisten : Google. Situs pencari. Yang menunjukkan keingintahuan, yang adalah dasar dari tumbuh dan berkembangnya internet di dunia. But guess what? Di Indonesia beda. Di Indonesia, facebook menjadi raja.

Yup, kami juga susah mempercayai penglihatan kami, tapi kenyataannya memang begitu. Sepertinya gosip dan narsisme (Facebook) lebih dicari di Indonesia ketimbang fakta dan pengetahuan umum (Google). Atau orang Indonesia memang mudah mempercayai gosip sebagai fakta? Kami juga tidak tahu, yang jelas, ini cukup menjelaskan kenapa Bang Haji bisa dengan mudah mempercayai gosip miring di “internet” sebagai fakta.

Yang lebih
unik, persentase kepemilikan akun facebook di Indonesia adalah 144% dari seluruh populasi online, yang secara logika adalah tidak mungkin, karena pada dasarnya kita semua membutuhkan internet untuk membuka facebook, kecuali jika Anda adalah seorang dukun, atau Chuck Norris. Kalau Anda tidak punya internet, bagaimana bisa facebook-an? Bagaimana bisa online?

Kami juga tidak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi. Memang, statistik pengguna internet di Indonesia bisa jadi tidak akurat, karena surveinya juga entah gimana caranya, tapi melihat bahwa perbedaannya sangat jauh, bisa jadi hal ini juga disebabkan oleh banyaknya ‘klonengan’ yang marak di Indonesia. Karenanya, mungkin saja 30an persen lebih pengguna internet di Indonesia adalah pemuda alay, toko online, atau anak MLM, ya?


Yang tidak kalah menariknya adalah twitter. Dibandingkan pengguna internet dunia, ternyata Indonesia menempati peringkat ke 4 pengguna twitter paling aktif di dunia.

Berarti bangsa Indonesia suka menyampaikan pendapat? Melek kebebasan pers? Nanti dulu. Melihat statistik bahwa di Indonesia jumlah “Retweet” ternyata lebih banyak dari jumlah “Tweet”, sepertinya fenomena ini lebih tepat mengarah ke suka gosip tadi .

2. Masyarakat Indonesia bisa beli apapun di internet
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia, Indonesia adalah pasar yang luar biasa besar. Dalam segi apapun. Termasuk pasar di dunia maya. Tidak percaya? Pasar online di Indonesia sangat besar. eMarketer memperkirakan bahwa rata-rata pengguna internet di Indonesia akan membelanjakan kurang lebih 613$ secara online di tahun 2012.

Dengan market sebesar itu, dan penegakan hukum internet yang masih nyaris nihil, bermunculanlah pedagang2 yang menjual apapun, dari yang normal seperti apparel, makanan, dan
gadget, sampai yang bizarre, seperti jurnal ilmiah dan segala macam surat aspal lainnya.

Seriously, dunia belanja internet kita benar2 rusuh. Yang seharusnya hanya ada di pasar gelap sekarang bisa dijual terang-terangan di Indonesia. Karena internet. Kami benar2 tidak mengerti kenapa Depkominfo kita kerjaannya hanya mengurusi alat vital aja. This is a really really serious problem. Kurang bukti? Surat cerai aspal masih wajar? Well, gimana dengan jin? jenglot? Tuyul? Senjata sakti mandraguna? Magic mushroom? Remaja alay ber BB sekarang sudah bisa membeli psikotropika dengan bebas dan melanglang buana di alam halusinasi di Indonesia. Kebebasan! Kita adalah the land of the free and the home of the brave yang sejati!

Sebagai tambahan, menurut data yang diambil dari Facebook Ad Manager, sebagian besar pengguna mobile internet di Indonesia, yaitu 80%, memang masih menggunakan Blackberry. Dengan suksesnya toko-toko berbasis BBM yang menjamur di Indonesia, dan dengan kecilnya pengawasan yang dilakukan pemerintah, kami yakin beberapa saat lagi akan ada yang mencoba menjual jenglot dan ganja di BBM. Just watch.


Nah, kalau di antara agan agan semua ada yang bertanya-tanya apakah sekarang Indonesia juga sudah mulai membeli barang2 “virtual”, yaitu barang-barang yang wujudnya sebenarnya cuma ada di dunia maya, tidak ada wujud nyatanya, well, you get it. Sure!

3. Kita Udah Doyan Beli Barang-barang Yang “Tidak Nyata”
Sebagai gambaran buat agan agan yang di internet jarang membaca pengetahuan riil, cuma main facebook dan baca trid2 di kaskus, barang virtual adalah barang-barang non fisik yang dibeli secara online untuk digunakan di dunia maya saja. Dia tidak mempunyai nilai intrinsik, dan secara definisi tidak berwujud.

Contohnya adalah aplikasi di App Store Apple yang harganya $999.99 yang sebenarnya tidak ada isinya, hanya menampilkan sebuah ruby merah di layar dengan kata2 “I am rich”. That’s it. Untuk 1000 dolar. 10 juta rupiah. Tidak ada gunanya. Hanya untuk membuktikan bahwa Anda kaya. Untuk memuaskan hasrat Anda cebok memakai dolar bergambar Benjamin Franklin tersenyum sembari melayangkan tendangan tanpa bayangan ke tulang kering tukang sampah miskin di kompleks Anda.


“Buset Gan! Terus buat apa dong beli barang virtual? Gimana makannya???”


Well, Anda sepemikiran dengan kami. Tapi tidak dengan sebagian lain orang di luar sana. Ternyata beberapa orang di negara yang 30% penduduknya masih hidup dengan 200ribu sebulan ini sudah rela melepas uang demi barang2 yang sebenarnya tidak ada wujudnya.


Lihatlah Mig33, perusahaan yang produk utamanya adalah mobile social-networking application, telah mengembangkan ekonomi virtual. 

Di sana, “pedagang” menjual “credits” ke pengguna, yang dapat digunakan untuk berbelanja virtual
 dari sekadar mengirim message, bermain game, atau yang paling unik, membeli “hadiah virtual”. Perusahaan ini telah meraup 34 juta dolar sejak 2005, dan pasar terbesarnya adalah Indonesia. Mereka menjual 20 juta item virtual setiap bulan, dan pasarnya 42% ada di Indonesia. Sapi suci, berarti masyarakat kita sudah mampu membeli sekitar 10 juta barang virtual setiap bulan. Tajir!!!

Tentu saja belanja online paling banyak dilakukan oleh gamer. 30% bahkan sudah sampai mengeluarkan lebih dari 100ribu sebulan untuk game. Mereka membelanjakan banyak uang untuk membeli barang2 virtual mulai dari yang benar2 berguna dalam game seperti persenjataan, level, tempat rahasia, sampai beberapa barang bizarre yang sama sekali ga ngefek seperti “pelana kuda” yang ga ngefek apa2 ke kudanya dan barang koleksi virtual seharga 1680$. Uang dolar asli. Serius.

4. Pornografi masih mengambil porsi terbesar dari kesadaran kolektif bangsa kita
Yes, kita semua juga tahu pornografi menyita sebagian besar waktu kita, entah dalam perbuatan atau cuma pikiran. Pertanyaannya adalah, seberapa besar?

Di jaman di mana pornografi masih ilegal dan segala tentangnya dilarang, sangat sulit melihat statistik2 tentang pornografi yang bisa membuat kita mengerti seberapa kuatnya pengaruh selangkangan dalam hidup kita.

Kecuali lewat persentase banyaknya search di search engine, di mana statistik kasar dari apa yang paling diinginkan oleh manusia Indonesia dapat dilihat.


Well, kita tidak perlu membahas tentang hasil pencarian “pemilu” di sini. Terlalu menyedihkan memang menyadari kenyataan tentang perbedaan kesadaran berpolitik manusia Indonesia dan sex. Tapi coba
lihatlah hasil “lowongan” yang seharusnya tinggi di Indonesia yang masih miskin ini. Yang seharusnya tinggi karena semua orang masih mencari kerja dan sekolah. Masih kalah! Daripada uang dan perut, orang Indonesia ternyata masih lebih memikirkan yang di bawah perut.

Yang dapat mengalahkan pencarian tentang sex sejauh ini hanyalah “tsunami”. Itu juga cuma waktu tsunami besar di Aceh akhir tahun 2004 itu.


Don’t you get it?


Harus ada 100000 orang yg mati baru perhatian kita teralihkan dari sex, dan hanya bertahan selama 14 hari saja.


Tapi tunggu dulu, tsunami 2004 adalah skandal nasional yang besar. Tentu saja semua orang mencarinya. Bagaimana kalau kita gabungkan skandal besar dan sex????
“Barang” Ariel yang supermassive menjulang tinggi dengan megahnya.

5. Tidak, narsisme dan gosip lah inti dari seluruh kehidupan kita
Yes, benar sekali, jangan marah-marah dulu para polisi moral dan budayawan sekalian, perang terhadap pornografi sudah usai. Pornografi, dengan segala kegemilangan kemenangannya dari sejak Adam menggagahi tulang rusuknya sendiri, yang belum pernah dapat dikalahkan oleh apapun mulai dari agama, perang, sampai kisah motivasi, telah kalah! Perang besar sudah dimenangkan! Oleh social networking!!!

Lihatlah kegemilangan facebook dalam menghancurkan dominasi pornografi sejak 2009 di Indonesia.
  lihat lah juga bahwa sejak facebook naik, persentase pencarian terhadap pornografi turun. ABG jaman sekarang terlalu sibuk mengambil foto dengan berbagai macam pose dan memikirkan bentuk tulisan 94UL yang baru sampai melupakan selangkangannya sendiri.

Pasti banyak agan2 yang menganggap bahwa kemenangan facebook disebabkan oleh popularitasnya di kalangan wanita, yang biasanya tidak membuka2 tentang sex. Well, kami punya data yang dapat mementahkan anggapan kalian.
Ternyata menurut socialbakers, persentase pengguna facebook paling banyak adalah pria dengan range usia puber, di mana bokep internet masih jadi satu2nya sarana pemuas dahaga yang terjangkau dompet tipis mereka.

Jadi kemungkinan bahwa mereka mengalihkan perhatian dari selangkangan karena facebook sangatlah besar. Mungkin benar sekali bahwa narsisme bisa mengalihkan kesadaran kolektif kita dari selangkangan.

Jadi, berterimakasih lah pada si Ya**di berengsek pembuat facebook itu. Facebook telah mengubah dunia dan sukses memerangi kemerosotan moral.

Seperti yang dibilang Matthew Inman di theoatmeal.com (website bagus itu, agan2 harus baca), facebook mengubah internet.
Jadi, Pak @tifsembiring, kami sudah memberi hint bagi Anda yang ingin memberantas pornografi : JEJARING SOSIAL!!!!

No comments:

Post a Comment