Film Indonesia yang Pertama Kali di Produksi

Menurut situs resmi wikipedia.org Film Darah dan Doa ialah sebuah film Indonesia karya Usmar Ismail yang diproduksi pada tahun 1950 dan dibintangi oleh Faridah. Film ini merupakan film Indonesia pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan Indonesia. Film ini ialah produksi pertama Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), dan tanggal syuting pertama film ini (30 Maret 1950) kemudian dirayakan sebagai Hari Film Nasional berdasarkan Keppres Nomor 25/1999. Kisah film ini berasal dari skenario penyair Sitor Situmorang, menceritakan seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada salah seorang Belanda yang menjadi tawanannya.

Mengisahkan perjalanan panjang (long march) prajurit RI, yang diperintahkan kembali ke pangkalan semula yaitu jawa barat setelah pertempuran yang terjadi di Yogyakarta. Rombongan hijrah prajurit dan keluarga itu dipimpin Kapten Sudarto (Del Juzar). Selama perjalanan panjang pulang kelompok ini mengalami berbagai kisah menyedihkan, pertempuran dan yang paling menegangkan adalah penyerangan yang dilakukan oleh pasukan angkatan udara Belanda dengan pesawat-pesawat tempurnya, perjalanan cinta yang terjadi selama dalam perjalanan dan juga penghianatan. Perjalanan diakhiri dengan telah berdaulat penuhnya Republik Indonesia pada 1950. Kisah ini disajikan dalam bentuk narasi. Fokusnya pada Kapten Sudarto yang dilukiskan bukan bagai "pahlawan", tapi sebagai manusia.

Meski sudah beristri di tempat tinggalnya, selama di Yogya dan dalam perjalanan ia terlibat cinta dengan dua gadis. Ia sering tampak sebagai peragu. Waktu keadaan damai datang, ia malah harus menjalani penelitian,
karena adanya laporan dari anak buahnya yang tidak menguntungkan sepanjang perjalanan. Ia memilih tidak memenuhi panggilan penelitian dan memilih keluar dari tentara, apalagi melihat anak buah tadi sudah bergaya dengan jip dinasnya. Film diakhiri dengan ditembaknya Sudarto oleh anggota partai komunis yang diperanginya waktu terjadi Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun (1948). Suatu hal yang secara prinsip ditentangnya karena berarti perang saudara. Revolusi juga memakan korban anaknya sendiri yang baik, begitu kira-kira yang ingin dikemukakan film ini.