1. Desa Dengan 100 Kembar Identik
Tak heran jika guru di sekolah itu
mendapat tugas tambahan untuk menghapal muridnya satu per satu. Kedua
puluh pasang anak kembar itu berjenis kelamin sama dan merupakan kembar
identik. Para guru kerap salah saat menyapa nama mereka. Apalagi setiap
pasang anak kembar hanya dibedakan dengan belahan rambut.
Salah satu pasangan kembar mengatakan, tanda lahir di leher merupakan salah satu pembeda mereka. Selebihnya mereka nyaris sama. Warga Desa Kodinji yang mayoritas muslim juga mengatakan, keberadaan anak kembar di desa itu bukan hal yang aneh. Mereka mengangapnya sebagai hal istimewa yang dianugerahkan Sang Pencipta.
Kebanyakan anak kembar juga lahir di rumah sakit yang sama. Menurut gynaecologist rumah sakit setempat, selama 10 tahun ia bekerja tercatat ada 100 hingga 150 kembar. Lima atau enam di antaranya kembar tiga. Kenyataan itu melahirkan misteri yang mengundang untuk diteliti lebih lanjut.
Salah satu pasangan kembar mengatakan, tanda lahir di leher merupakan salah satu pembeda mereka. Selebihnya mereka nyaris sama. Warga Desa Kodinji yang mayoritas muslim juga mengatakan, keberadaan anak kembar di desa itu bukan hal yang aneh. Mereka mengangapnya sebagai hal istimewa yang dianugerahkan Sang Pencipta.
Kebanyakan anak kembar juga lahir di rumah sakit yang sama. Menurut gynaecologist rumah sakit setempat, selama 10 tahun ia bekerja tercatat ada 100 hingga 150 kembar. Lima atau enam di antaranya kembar tiga. Kenyataan itu melahirkan misteri yang mengundang untuk diteliti lebih lanjut.
2. Desa Unik yang Mempunyai Penduduk Hanya Satu Orang
Adalah seorang pria bernama Don Sammons
(60th) yang sudah terbiasa tinggal sendirian. Di rumah? Tidak! Dia
tinggal di dalam sebuah desa aneh yang hanya berpenduduk 1 orang, yaitu
dirinya. Sendirian!
Desa Buford terletak di Wyoming,
Colorado, daerah perbukitan dengan suhu rendah terlebih di musim dingin.
Desa ini telah ditinggalkan oleh seluruh penghuninya yang memilih untuk
tinggal di tempat lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik karena
merasa wilayah ini tidak akan bisa berkembang. Namun tidak demikian
dengan Kakek Sammons yang kekeh untuk tetap tinggal di sana walaupun
seorang diri.
Sammons meninggalkan Los Angeles taun
1980 bersama istri dan anaknya dan memilih menetap di Buford yang ketika
itu masih dihuni oleh sekitar 2000 orang pekerja rel kereta api. Ketika
istrinya meninggal 15 tahun lalu, anaknya yang kini berusia 26 tahun
pun memilih untuk pindah ke kota Colorado.
Sammons mengelola sendiri sebuah pom
bensin kecil dan sebuah toko untuk melayani mereka yang mampir dalam
perjalanan lintas negara. “Dalam sehari toko saya bisa dikunjungi 1000
orang di musim panas, namun menurun hingga 100 orang saja di musim
dingin,” kata Sammons yang mengklaim dirinya sebagai raja di Buford.
3. Desa Dengan Penduduk Keterbelakangan Mental
3. Desa Dengan Penduduk Keterbelakangan Mental
Sebanyak 445 warga di tiga desa yakni
Desa Patihan, Pandak, dan Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur,
mengalami keterbelakangan mental atau idiot. Kondisi ini diyakini sudah
terjadi sejak 1970-an. Saat itu terjadi kemarau berkepenjangan di lereng
perbukitan Rajekwesi yang menjadi awal malapetaka kemiskinan. Tiga desa
tersebut bersebelahan hanya dipisahkan oleh gugusan perbukitan
Rajekwesi. Desa Sidoharjo berada di lereng sebelah utara, Desa Karang
Patihan di lereng timur, sementara Desa Pandak berada di tenggara. Namun
jarak antar desa mencapai puluhan kilometer dipisahkan hutan dan
perbukitan kapur.
Kepala Desa Karang Patihan Daud Cahyono
menuturkan, sejak kemarau menerjang, kondisi desa di sekitar perbukitan
menjadi tandus dan berkapur. Tak sedikit warga yang kekurangan gizi,
kekurangan iodium, sehingga menyebabkan kebodohan.
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Ponorogo Iman Sukmanto membenarkan hal tersebut. Menurut dia,
salah satu penyebab keterbelakangan mental ratusan warga adalah
kekurangan iodium yang banyak terdapat pada garam atau kecap. Untuk
menghindari agar kasus idiot tidak berlanjut, Pemkab dan Dinkes Ponorogo
terus melakukan sosialisasi perbaikan gizi kepada masyarakat, termasuk
pembagian garam iodium gratis kepada seluruh warga.
Diharapkan generasi baru di kawasan tersebut tidak lagi mengidap keterbelakangan mental.
Pengidap idiot parah yang sudah berusia
lanjut dan tidak bisa beraktivitas sama sekali, Pemkab berencana
memberikan santunan berkala sampai penderita habis.
4. Desa Kepiting
Sebuah perkampungan yang warganya
mengalami kelainan fisik ditemukan di Dusun Ulutaue, Desa Mario,
Kecamatan Mare, Bone, Sulawesi Selatan. Di sana, puluhan penduduknya
menderita kelainan di jari kaki dan tangan. Mulai dari lanjut usia
hingga bawah lima tahun, jari-jari mereka terbelah menjadi dua hingga
mirip capit kepiting.
Pantauan SCTV, Senin (7/2) di Dusun
Ulutaue, baik anak-anak maupun dewasa memiliki jari terbelah dua dan
terkadang hanya memiliki tiga ruas jari. Alhasil, jika difungsikan, jari
mereka mirip dengan kepiting. Fenomena tersebut mereka anggap sebagai
kutukan bagi mereka yang berasal dari garis keturunan yang sama.
Kendati demikian, mereka tak pernah malu
dengan warga kampung lain. Bahkan hal ini sudah menjadi hal biasa
seperti takdir mereka. Bisa jadi, keanehan tersebut terjadi lantaran
asupan gizi yang kurang sejak usia dalam kandungan. Maklum, pekerjaan
mereka sehari-hari hanyalan nelayan. Ironisnya, hingga sekarang belum
satu pun tim medis atau pemerintah setepat meneliti bahkan mengobati
para penduduk di kampung itu.
Akibat keanehan pada jari-jari mereka,
sebagian warga kampung lain ada yang merasa jijik bergaul dengan mereka.
Tak hanya itu, perkampungan mereka pun diberi sebutan 'Kampung Manusia
Kepiting' oleh warga setempat.
5. Desa Berpenduduk Poligami
Dalam hukum Amerika, berpoligami adalah
kejahatan. Tetapi bagi 1200 warga Centennial Park -kampung kecil di
Colorado Arizona- berpoligami menjadi impian. Bahkan para gadis justru
ingin berbagi suami saat menikah kelak. Mungkin ada yang bersikap
moderat di tengah kontroversi soal poligami, bahwa orang berpoligami
merupakan pilihan dan kesepakatan. Bahkan di AS yang menegaskan bahwa
poligami adalah kejahatan, praktik rumah tangga dengan dua atau beberapa
cinta ternyata tetap ada. Sekitar 1200 penduduk Centennial Park,
kampung kecil di dekat Colorado, menunjukkan bahwa mereka berpoligami
juga dengan alasan sendiri. Berbeda dengan mayoritas warga AS, mereka
menyebut komunitasnya All-American Families (Keluarga Amerika
Seluruhnya), dalam arti sebenarnya.
Seperti Ariel Hammon, 32, yang menikahi
Helen, 30, yang memberinya tujuh orang anak, kemudian menikahi Lisa, 20,
yang memberinya dua anak. Bagi Ariel dan dua istrinya berpoligami
berarti menambah tenaga kerja untuk membangun rumah-rumah baru. “Warga
di Centennial Park pernah membangun rumah baru di dekat rumah induk
hanya dalam waktu dua hari. Itu karena banyak anak, banyak sukarelawan,”
kata Ariel kepada ABCNews. Cemburu karena cinta berbagi? “Kami tidak
pernah memikirkannya, justru ini yang saya impikan sejak dahulu,” kata
Helen, yang bekas siswa Ariel seperti halnya Lisa. “Saya tidak masalah
Ariel sudah menikah, itu saya anggap bonus,” tambah Lisa.
Beberapa penduduk yang ditanya soal seks,
mengaku risih. Menurut mereka, para remaja tetap menjaga keperawanan
dan dilarang berciuman sebelum menikah. Dan di tengah tergerusnya
moralitas akibat merebaknya seks bebas di AS, Centennial Park cenderung
tertutup dan curiga dengan orang asing. “Karena agama melarang (seks
sebelum menikah),” kata seorang penduduk.
Seorang remaja putri, Michelle misalnya
berharap suatu hari keperawanan akan memberinya orang yang tepat. “Tak
masalah apakah calon suami saya punya enam atau tujuh istri. Laki-laki
bukan milik kami, kami juga tidak bisa menguasainya. Sebanyak apa pun
istri yang diinginkannya, tak masalah selama itu kehendak Tuhan,” kata
Michelle.
Ariel juga menilai program Big Love di
televise HBO yang menggambarkan intrik, kecemburuan dan saling
menjatuhkan antara para istri, bukannya kenyataan sebenarnya. Ariel
menilai yang terpenting adalah menjaga keutuhan rumah tangga dan
mengasuh anak-anak sehingga seks bukan prioritas. “Untuk seks, harus
mencuri waktu karena banyak anak di rumah. Tetapi seks adalah ekspresi
cinta, banyak cinta di tempat ini,” kata Ariel.
6. Desa Yang Penduduknya Hidup Tanpa Air Bersih
Lebih dari 40 tahun warga Pedukuhan
Wangon, Desa Kubangsari, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah, hidup tanpa air bersih. Mereka merasa hidup tak layak di negera
merdeka. Desa yang berpenduduk lebih dari 2.255 jiwa ini hidup tanpa air
bersih.
Air bersih bagaikan barang langka yang
sulit didapat. Sementara pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap
kesulitan warganya itu.
Konon katanya, desa ini kena kutukan
karena ada seorang nenek nenek yang meminta air minum ke warga desa tapi
ga ada yang ngasih.
Pemerintah ingin segera membangun sumur bor untuk mendapatkan air bersih, sayangnya hasilnya pun sia-sia.
7. Desa Tanpa Kasur
dusun kasuran adalah salah satu dusun
yang yang ada di desa margodadi kecamatan sayegan, sleman. Sepintas
emang gak beda sama dusun yang laen gan, tapi satu hal yang membedakan
adalah mayoritas penduduknya gak tidur diatas kasur.
Tradisi ini udah berlangsung
turun-temurun sejak jaman nenek moyang, dan gak cuma ditaati oleh
orang-orang yang udah sepuh, tapi juga orang-orang muda dan anak-anak.
Meyoritas warga tidur hanya beralaskan tikar atau dipan yang gak ada
kasurnya.
Kebiasaan ini tentunya bukan tanpa
alasan, mitosnya aturan agar warga gak tidur diatas kasur merupakan
perintah dari Sunan Kalijaga. Dusun ini dulunya emang pernah disinggahi
Sunan Kalijaga ketika melakukan perjalanan untuk menyebarkan agama
Islam. Sunan Kalijaga berjalan dari Godean menuju arah utara, antara
lain melewati Dusun Grogol dan Tuksibeduk. Sampai di Kasuran sekitar
pukul 13.00-14.00 Sunan Kalijaga merasa sangat lelah. Kemudian dia
meminta salah satu warga agar menggelarkan kasur untuk istirahat.
Ketika akan melanjutkan perjalanan, Sunan
Kalijaga berpesan agar warga jangan sekali-kali tidur diatas kasur.
Pesan tersebut masih dilaksanakan sampe sekarang, bukan hanya buat
penduduk asli tapi juga buat penduduk baru.
Trus bagaimana kalo dilanggar? menurut
pengakuan penduduk setempat biasanya akan terjadi hal-hal yang aneh.
Seperti yang terjadi pada 11 orang mahasiswa yang sedang KKN di daerah
ini, sebelumnya mereka udah diberitahu tentang peraturan tak tertulis
yang dipercaya masyarakat, tapi gak tau apakah mereka bener-bener
percaya atau hanya manggut-manggut tapi dalam hati menolak. Alhasil
menjelang tengah malam 4 orang mahasiswa teriak-teriak histeris,
teman-temannya mengira 4 orang ini masuk angin, setelah dipanggilkan
dokter kondisi mereka tetap sama, setelah dipanggilkan sesepuh barulah
mereka bisa tenang.
Kisah
lain, salah satu warga Kasuran menidurkan anaknya yang masih kecil di
atas kasur. Tanpa diketahui sebabnya anak tersebut tiba-tiba mengalami
panas tinggi, menangis dan berteriak tanpa sebab yang jelas, setelah
ditidurkan di 'jogan' (lantai) baru berhenti menangis.
No comments:
Post a Comment