Burung adalah mahluk mekanis dengan
segala keindahannya, yang memiliki peranan penting dalam ekosistem,
mereka membantu penyebaran dan menyuburkan tanaman, sehingga bumi
menjadi hijau. Secara ilmiah burung digolongkan dalam hewan kelas aves
yang terdapat sekitar belasan ribu spesies di seluruh dunia. Di
Indonesia terdapat sedikitnya 1.500 jenis burung. Dari jumlah tersebut
tidak sedikit yang terdaftar dalam kategori terancam punah (Critically
endangered). Saat ini Kita akan Membahas 10 diantaranya, berikut burung
asli indonesia yang sangat terancam punah :
Celepuk Siau adalah salah satu burung
hantu dari jenis Strigidae. Burung ini merupakan burung yang hampir
punah, burung Celepuk Siau yang mempunyai nama ilmiah Otus Siaoensis ini
berhabitat di daerah Pulau Siau, Sulawesi Utara.
2. Anis-bentet Sangihe (Colluricincla sanghirensis)
Anis-bentet Sangihe
(Colluricincla sanghirensis) adalah spesies burung dari keluarga
Colluricinclidae. Anis-bentet Sangihe merupakan hewan endemik
Indonesia. Anis-bentet Sangihe memiliki habitat di kawasan Hutan
pegunungan dengan iklim subtropik atau tropis lembap. Hewan ini termasuk
hewan yang terancam, karena kehilangan habitat.
3. Elang Flores (Spizaetus floris)
Elang Flores (Spizaetus
floris) merupakan salah satu jenis raptor (burung pemangsa) endemik yang
dipunyai Indonesia. Sayangnya elang flores yang merupakan burung
pemangsa endemik flores (Nusa Tenggara) ini kini menjadi raptor yang
paling terancam punah lantaran populasinya diperkirakan tidak melebihi
250 ekor sehingga masuk dalam daftar merah (IUCN Redlist) sebagai hewa
yang sangat terancam punah (Kritis). Ciri-ciri. Burung elang flores
mempunyai ukuran tubuh yang sedang, dengan tubuh dewasa berukuran
sekitar 55 cm. pada bagian kepala berbulu putih dan terkadang mempunyai
garis-garis berwarna coklat pada bagian mahkota.Elang flores merupakan
raptor (burung pemangsa) endemik Nusa Tenggara yang hanya dapat
ditemukan di pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda, Paloe, Komodo, dan
Rinca.
4. Gagak Banggai (Corvus unicolor)
Gagak Banggaiatau Corvus
unicolor, adalah anggota dari gagak dari famili Banggai di Indonesia.
Gagak ini terdaftar sebagai Spesies Kritis oleh IUCN dan pernah dianggap
punah, namun akhirnya ditemukan kembali pada survei di Pulau Peleng
pada 2007/2008. Gagak Banggai merupakan gagak yang berukuran sedang
dengan panjang 39 cm dan benar-benar hitam dengan iris mata yang gelap
dan ekor pendek. Penurunan populasi gagak Banggai disebabkan karena
hilangnya habitat dan degradasi seperti pertanian dan ekstrasi.
5. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang
dengan panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini
merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Pulau
Bali bagian barat. Burung ini juga merupakan satu-satunya satwa endemik
Pulau Bali yang masih tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah.
Sejak tahun 1991, satwa yang masuk kategori “kritis” (Critically
Endangered) dalam Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya ini
dinobatkan sebagai fauna identitas (maskot) provinsi Bali. Kepunahan
Jalak Bali di habitat aslinya disebabkan oleh deforestasi (penggundulan
hutan) dan perdagangan liar.
6. Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
Kakatua-kecil Jambul-kuning
atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran
sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini
hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul
berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Daerah sebaran kakatua-kecil
jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor,
di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan
unggas cerdas dan gemar berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang,
dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga
telur dalam sarangnya di lubang pohon.
7. Merpati Hutan Perak (Columba argentina)
Merpati hutan perak adalah
burung yang termasuk dalam burung yang berstatus kritis dalam IUCN,
merpati hutan perak Berukuran besar (40 cm), berwarna abu-abu pucat.
Sayapnya berwarna hitam, ekor dan tubuh bagian bawah keabuan. penyebaran
merpati hutan perak meliputi Kep. Simeulue, Mentawai (P.Sipura, Pagai
utara),Kep.Riau (Karimun Besar, Batam, Bintan dan Kepulauan
Lingga/Saya), Kep. Anambas, Natuna utara dan Kep. Karimata di ujung
barat Kalimantan.
8. Perkici Buru (Charmosyna toxopei)
Perkici Buru (Charmosyna
toxopei) dikenal sebagai burung endemik Pulau Buru. Dikenal pula, bahwa
burung yang berparuh bengkok itu langka. Dan hanya ada di Pulau
Buru. Burung perkici buru ditemukan pada tahun 1921 oleh seorang
penjelajah berkebangsaan Belanda, yaitu Hendrik Cornelis Siebers. Dengan
catatan, bahwa Hendrik Cornelis Siebers bukanlah seorang ahli burung,
tetapi ahli serangga. Ukuran badan burung perkici buru adalah 16 cm.
Burung ini berwarna hijau atau kuning.Mahkota depan berwana biru. Pada
yang jenis betina,mahkotanya lebih jelas. Pangkal ekornya pada bagian
bawah berwarna merah. Burung ini bersuara ti-ti-ti-ti-ti sangat
melengking.
9. Trulek Jawa (Vanellus macropterus)
Trulek Jawa (Vanellus
macropterus) adalah salah satu burung langka yang hanya terdapat (
endemik ) di Jawa. Burung dari famili Charadriidae ini pada tahun 1994
pernah dinyatakan punah (Extinct) oleh IUCN, namun sejak tahun 2000,
statusnya direvisi menjadi Kritis . Meskipun begitu, hingga kini
keberadaan Burung Trulek Jawa ini masih misteri masih ada atau bahkan
sudah punah. Hingga saat ini yang dapat dijumpai dengan mudah hanyalah
spesimennya (awetannya) saja yang disimpan di Museum Zoologi,
Cibinong. Ciri-ciri Trulek Jawa. Burung Trulek Jawa (Vanellus
macropterus) berukuran sedang, sekitar 28 cm. Bulunya berwarna coklat
keabuan dengan kepala hitam. Beberapa daerah yang diduga didiami burung
endemik berstatus krisis ini antara lain Hutan Sawangan, Petungkriyono,
Pekalongan (Jawa Tengah); terakhir terlihat tahun 2001 oleh Tim Komunity
Forestry Pekalongan. Hutan Gunung Ungaran (Jawa Tengah).Merubetiri,
Jember (Jawa Timur).
10. Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis)
Tokhtor Sumatera
(Carpococcyx viridis) adalah burung endemik Sumatera termasuk dalam 18
burung paling langka di Indonesia Burung ini merupakan satu dari tiga
spesies Tokhtor yang ada di dunia selain Tokhtor Kalimantan (Carpococcyx
radiceus) yang endemik Kalimantan dan Coral-billed Ground-cuckoo
(Carpococcyx renauldi) yang terdapat di Thailand dan Vietnam. Dulunya,
Tokhtor Sumatera dan Tokhtor Kalimantan dianggap sebagai satu spesies
yang sama yang dinamai Tokhtor Sunda. Burung Tokhtor Sumatera merupakan
burung penghuni permukaan tanah dengan ukuran tubuh yang besar mencapai
60 cm. Burung Tokhtor Sumatera hidup di permukaan tanah dan memakan
vertebrata kecil dan invertebrata besar. Burung endemik Sumatera yang
sangat langka dan terancam punah ini termasuk binatang pemalu.
No comments:
Post a Comment