
Konon efek luar biasa dari segepok uang yang diberikan kepada si sakit 
mampu membuatnya segar bugar dan sehat kembali. Ilustrasi di atas 
sekedar mengisyaratkan betapa manfaat uang yang sangat besar sanggup 
meredakan kepayahan yang dialami seorang pesakitan. Begitu juga dengan 
puasa yang secara harfiah berarti letih menahan lapar dan dahaga. Andai 
mengerti betul akan manfaat puasa, niscaya puasa dapat dijalani dengan 
segar dan bugar. Tulisan ini mencoba menguak hikmah ditinjau dari ilmu 
kesehatan.
Setidaknya ada 7 fakta menyehatkan tentang puasa :
Pertama, menjaga kesehatan pencernaan. Saat
 puasa, organ pencernaan mengistirahatkan diri. Fakta menunjukkan bahwa 
lama makanan tinggal di usus adalah 14 jam. Selama setahun, organ ini 
bekerja nyaris tanpa henti, karena jeda waktu antara makan kita tidak 
selama itu. Padahal peremajaan bagi organ ini tak kalah penting. Tak 
heran kemudian, akibatnya banyak penyakit menyertai. Nah, berapa lama 
puasa kita? Lebih kurang 14 jam bukan?
Kedua, perbaikan tubuh dan otak. Kedua
 hal tersebut terjadi saat tubuh beristirahat, terutama saat tahap “deep
 sleep” atau tidur yang berkualitas. Hasil penelitian oleh Dr. Ebrahim 
Kazim, seorang dokter, peneliti serta direktur dari Trinidad Islamic 
Academy, dengan menggunakan EEG (perekam gelombang otak) menunjukkan 
bahwa puasa membuat tidur lebih berkualitas. “Deep sleep” mudah 
tercapai. Efeknya pada perbaikan tubuh dan otak, termasuk molekul memori
 lebih maksimal.
Ketiga, menyehatkan jantung. Selama
 berpuasa, magnesium (salah satu mineral penting bagi tubuh) meningkat. 
Magnesium ini memiliki efek “cardio-protective” (pelindung jantung). 
Dengan demikian, dengan berpuasa, jantung kita lebih awet. Selain itu, 
magnesium memiliki sifat anti penjendalan darah. Seseorang bisa 
terserang stroke karena adanya jendalan darah yang tersangkut di 
pembuluh darah kecil, sehingga menghambat aliran darah. Daerah yang 
tidah teraliri darah tersebut akan terganggu fungsinya, berwujud 
kelumpuhan atau kematian jaringan. Proses yang sama dapat terjadi pada 
serangan jantung koroner karena jendalan itu masuk ke pembuluh koroner 
yang fungsinya memberi nutrisi bagi jantung. Oleh karena itu berpuasa 
dapat mencegah stroke dan jantung koroner.
Keempat, menurunkan berat badan. Puasa
 - bahkan, di kalangan non muslim sekalipun - populer sebagai penurun 
berat badan. Dr. Madarina Julia, Sp.A, MPH menjelaskan, ” Ketika puasa, 
kita menahan lapar. Ketika lapar itulah terjadi penurunan kadar gula 
darah dan pelepasan growth hormon (hormon pertumbuhan). Saat terjadi 
pelepasan growth hormon, lemak viseral yang posisinya biasanya di perut 
akan terbakar sehingga perut menjadi langsing. Jadi, berpuasa memiliki 
dua efek, yakni : pertama, mengurangi makan sehingga berat badan turun; 
kedua, efek dari lapar membuat gula darah menjadi rendah dan hormon 
pertumbuhan keluar, sehingga akan membakar lemak viseral dan memperbaiki
 kualitas pembuluh darah.”
Kelima, memelihara kesehatan jiwa. Ada
 zat lain yang juga diproduksi selama kita berpuasa. Zat ini pelengkap 
luar biasa. Lewat ketenangan yang didapat dari puasa, dipadu dengan 
ibadah sholat, zikir, doa dan sebagainya, muncullah enkefalin dan 
endorfin. Keduanya merupakan opiat alami. Semacam morfin, bedanya 
enkefalin dan endorfin ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh sehingga
 lebih bermanfaat dan terkontrol. Jika morfin bisa memberi efek rasa 
senang, namun mengakibatkan ketagihan disertai segala efek negatifnya, 
enkefalin dan endorfin tidak. Kedua zat ini mampu memberi rasa bahagia, 
lega, tenang, rileks, namun secara alami.
Keenam, meredakan rasa sakit. Hal
 ini terjadi karena sifat alami dari endorfin dan enkefalin yang lain 
yaitu pereda rasa sakit alami (natural painkillers). Jika atlet cedera 
saat bertanding, atau tentara terluka selama pertempuran. Mereka tidak 
akan merasakan sakit yang sangat, sampai situasi penuh stressor tersebut
 berakhir. Semua itu terjadi karena otak memproduksi endorfin dan 
enkefalin dalam kadar tinggi untuk meredakan rasa sakit tersebut.
Ketujuh, terhindar dari ” jet lag”. Puasa
 dapat melatih seseorang menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu. Kita 
mengenal istilah “Jet lag” yaitu suatu sindrom berupa rasa tidak nyaman 
pada pencernaan, pikiran, kelelahan disertai gangguan tidur, akibat 
bepergian melintasi zona waktu yang berbeda. Rasa ini juga tidak berbeda
 jauh dengan para pekerja dengan sistem shift, saat jam biologisnya 
terganggu. Inti dari gangguan tersebut adalah desinkronisasi, kekacauan 
yang dialami jam biologis karena perbedaan irama sirkadian yang terjadi 
saat melintasi zona waktu yang berbeda atau bekerja dengan sistem 
shift(terutama shift malam hari).
Dr. Ebrahim Kazim menyatakan, “Bagi orang yang berpuasa, kedua gangguan 
tersebut tidak terlalu terasa karena efek puasa yang ditimbulkannya, 
berupa adaptasi hormon yang cepat, menjadikan irama sirkadiannya telah 
terbiasa untuk menyesuaikan lingkungan dengan waktu adaptasi minimal.
Semoga ulasan di atas menjadi penggugah untuk mendekatkan diri (lagi) 
kepada Allah SWT. Utamanya pada bulan penuh berkah ini dimana seluruh 
amalan dilipatgandakan pahalanya, pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar, 
pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat serta para iblis dibelenggu. 
Amin.