Jakarta - Jika Malaysia merasa pede bisa meraih predikat sebagai negara maju lebih cepat di 2018, bagaimana dengan Indonesia?
Ternyata
masih ada beberapa persoalan penting yang harus diselesaikan untuk
bisa meraih predikat tersebut. Indonesia masih harus berperang dengan 3
musuh besar! Apa saja?
"Ada 3 persoalan besar yang menjadi PR
serius negeri kita. Yaitu korupsi, suap, dan penyalahgunaan narkoba.
Ketiga persoalan yang sudah mewabah ini terlihat dari 3 TPA (Tindak
Pidana Asal) terbanyak yang mendasari disusunnya Hasil Analisis (HA)
PPATK," demikian dinyatakan oleh Wakil Kepala PPATK, Agus Santoso kepada
detik Finance, Minggu (7/7/2013).
"Korupsi dan suap menjadi
salah satu penyebab distorsi yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi kita, karena berdampak pada tergerogotinya APBN dan APBD.
Selain itu, Korupsi dan Suap mengganggu mekanisme pasar, baik dari sisi
harga, penawaran maupun permintaan. Gara-gara kongkalingkong maka
harga jadi mahal disebabkan mark up," imbuh Agus.
Kolusi dan Suap mengakibatkan penerimaan APBN menjadi kurang dari targetnya. Akibatnya, menurut Agus pasti ada mark down.
"Penerimaan
negara jadi berkurang, seharusnya bisa diterima 100%, ini jadi
diterima cuma 60% nah yang 40% menguap atau masuk kantong," katanya.
Akhirnya,
kekurangan penerimaan negara harus ditutup menggunakan utang. Apakah
itu utang dari domestik seperti penerbitan Surat Utang Negara atau utang
luar negeri.
"Sementara itu, anggaran untuk belanja barang/jasa
yang dikorup ya jelas akan mengurangi kualitas dan atau kualitas
barang/jasa yang seharusnya menjadi hak manfaat rakyatm," tegas Agus.
Mengingat
dampaknya yang langsung menyengsarakan rakyat dan menjadi pemicu
lingkaran setan itulah, maka Korupsi dan Suap harus diberantas tuntas.
"Korupsi
dan Suap penyebab mark-up harga dan mark-down penerimaan negara yang
mengakibatkan biaya tinggi dan tergerogotinya APBN/D harus sesegera
mungkin dibasmi," ujar Agus.
Sementara itu, peredaran ilegal narkoba jelas-jelas langsung berdampak pada kualitas generasi muda bangsa.
"Bila
banyak anak bangsa yang kecanduan narkoba, maka bisa dipastikan suatu
bangsa akan menjadi lemah. Bayangkan, bila setiap hari 40 tunas bangsa
mati sia-sia karena Narkoba, apakah ini bukan ancaman serius? Kita
harus perangi penyalahgunaan Narkoba, inilah PR kita yang ketiga," kata
Agus berapi-api.
"Bandar dan pengedar narkoba harus disikat
habis dan dihukum seberat-beratnya, sedangkan korban harus
direhabilitasi dari ketergantungan," ujarnya.
Seperti diketahui,
Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak pede negara yang
dipimpinnya bisa meraih predikat sebagai negara maju lebih cepat dari
target.
Tepatnya 5 tahun lagi atau 2018, Najib menyebutkan Malaysia lebih cepat meraih predikat negara maju dari targetnya di 2020.
Malaysia
memiliki dua konsep program untuk mengincar predikat negara maju yakni
Goverment Transformation Programme dan Economic Transformation
Programme. Malaysia bersikeras untuk memberantas korupsi hingga ke
akar-akarnya. Sementara suap dan peredaran narkoba di negara tersebut
sudah lebih 'jinak' ketimbang RI.
No comments:
Post a Comment